Tuesday 1 November 2011

sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta

Resensi Novel

Judul Novel : Ayat – Ayat Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika – Basmalah
Tahun Terbit : 2009
Tempat Terbit : Jakarta
Halaman : 411 hal.

Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.
Novel ini bercerita tentang kisah hidup seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu sampai di Al Azhar Mesir. Fahri namanya. Hidupnya penuh dengan ujian. Ia tinggal bersama 4 orang temannya yang juga pelajar Indonesia, dia sedang menunggu tesis nya diterima di Al Azhar untuk mencapai gelar Master nya.
.tepat di atas lantai flat Fahri tinggal sekeluarga beragama Kristian Koptik yang sangat baik dengannya. Maria, anak perempuan keluarga tersebut selalu menyapa Fahri dan kadang menitip barang untuk dibeli pada Fahri, kebetulan Fahri dalam perjalanan ke masjid Abu Bakar. Fahri kagum kepada Maria karna ia mampu mengahfal surat Maryam. Maria pun menyimpan perasaan pada Fahri. Semakin hari Maria terasa sangat dekat dengan Fahri. Disisi lain, seorang rekan kuliah Fahri, yang merupakan anak seorang kyai terkenal, juga diam-diam menaruh hati kepadanya. Gadis ini bernama Nurul. Fahri juga dikagumi oleh Noura, yang merupakan tetangga Fahri namun mengalami nasib yang cukup menyedihkan. Dimana selalu memperoleh perlakukan buruk dari ayahnya.
Satu ketika, Noura ini disiksa oleh ayahnya. Karena tidak tahan, Fahri meminta Maria menyelamatkan Noura dengan meminta Noura tidur di kamar Maria. Pada subuh hari, Fahri, Maria dan Noura ke rumah Nurul dan meminta agar Noura untuk sementara tinggal di rumah Nurul. Ternyata, Noura ini bukan anak kandung dari Bapaknya selama ini, dia adalah anak pungut. Dengan bantuan teman Fahri, Noura dapat dipertemukan dengan orang tua kandungnya. Pada acara syukuran, Noura jatuh hati kepada Fahri dan menyerahkan surat cinta kepada Fahri.
Ketika akan pergi ke Masjid Abu Bakar Ash – Shiddiq. Di metro ia bertemu dengan Aisha, gadis keturunan Jerman yang tengah menuntut ilmu di Mesir. Aisha saat itu sedang dicaci-maki dan diumpat oleh orang – orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan Amerika dan akhirnya ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan syeikh Utsman. Melalui bantuan syeikh Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha. Dan pernikahan Fahri dan Aisha pun berlangsung. Mereka memutuskan untuk berbulan madu di sebuah apartemen cantik selama beberapa bulan.
Baru 2 bulan bulan madu mereka, Aisha mengandung, namun kegembiraan itu tidak bertahan lama, Fahri ditangkap dan didakwa atas tuduhan memperkosa Noura. Dia disiksa di dalam penjara dan Ijazah Sarjana Mudanya ditarik kembali. Fahri terkejut dan sangat terpukul. Sementara itu Maria pula jatuh sakit setelah mengetahui pernikahan Fahri.
Saksi utama adalah Maria, dan tiada saksi lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya dan harapan Aisha itu menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Noura menyesal atas perbuatannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan terungkap bahwa ayah dari bayi yang dikandung Noura adalah Bahadur. Fahri, Aisha dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya sendiri demikian pula Maria menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut nyawa Maria. Namun Maria beruntung karena ia telah menjadi mualaf sebelum ajal menjemputnya.

Analisis Novel Berkisar Merah

1.Pencerita : Si Pengarang (Ahmad Tohari)
Indeksi :
Deskripsi oleh
2.Analisa Tokoh
a.Tokoh utama
Tokoh utama dalam novel ini adalah Lasi, peranya sanagat penting dalam cerita dan menjadi topik bahasan novel ini
3. Analisa Penokohan
a.Analitik
Tokoh Lasi :
1.Cantik
Dibuktikan dalam kalimat:
darsa juga pernah mendengar selentingan yang mengatakan bahwa rumah bobrohnya gak layak ditempati seorang perempuan secantik lasi...............(hal 13)
2.Berkulit Putih
Dibuktikan dalam kalimat:
Ada daya tarik yang aneh pada kontraks warna rambut yang peket dengan kulit tengkuk lasi yang putih. Lebih putih dari tengkuk perempuan manapun yang pernah dilihat oleh darsa.............(hal 9)
3.Bermata Sipit
Dibuktikan dalam kalimat:
Seperti kulitnya, mata lasi juga khas berkelopak tebal, tanpa garis lipatan........(hal 11)
4.Mudah Putus Asa
Dibuktikan dalam kalimat:
Lasi kadang merasa ragu dan takut namun rasa sakit perbuatan darsa dan lebih sedikit karena merasa dirinya tidak lagi bergarga untuk seorang suami, membuat nekadnya lebih pekat. Lari dan mbalelo adalah satu-satunya cara untuk melampiaskan perlawan sekaligus membela keberadaanya. Lari dan lari meski lasi sadar tak punya tempat untuk dituju..............(hal 13)
5.Rendah Hati
Dibuktikan dalam kalimat:
mungkin kaget ingin tetap akrab dengan lasi ketika anak tengkulak itu mulai menginjak usia remaja. Saying, kanjet merasa lasi mulai menghidarinya. Memang, dikarng saya tidak ada gadis dan perjaka berani akrab didepan orang banyak. Namun kanjer percaya bukan masalah itu yang menyebabkan lasi menjauh. Dan jawaban yang jelas diperoleh kanjet dari orang ketiga. Lasi malu berakrab-akrab dengan anak orang kaya sementara dia anak orang miskin. Apalagi setelah tamat SMA Kanjet memang lain, bengong, gagah, terpelajar dan dimajakan Emak dengan sebuah sepeda motor. Pokoknya Kanjet tak pantas lagi diakui sebagai adik oleh lasi seperti ketika mereka masih kanak-kanak dan suka bermain petak umpit........(hal 133)

b.Dramatik
Tokoh Lasi
1.Pemalu
Dibuktikan dalam kalimat:
“Pardi bilang kamu tak membawa pakaian pengganti?” perkataan Bu Koneng, Lasi mengamuk dan tersipu.
2.Setia Pada Suami
Dibuktikan pada hal 45:
“tidak juga \. Saya kira lasi tetap setia menemani suaminya yang bau sengak itu. Dan hal itulah yang membuat saya malah jadi lebih kasihan kepadanya, masalahnya, apakah lasi harus menderita lahir bain seumur hidup ?” perkataan mbak Wriyagi
3.Sungkan Pada Orang Lain
Dibuktikan pada hal 93:
“ terima kasih, Mas Pardi aku memang tidak memegang uang, dan uang iini ku terima sebagai pinjaman. Kapan-kapan aku akan mengembalikannya kepadamu.”
4.Polos
Dibuktikan pada hal 95:
“Bu Koneng, saya hanya seorang perempuan dusun, melihat suami bertindak bagitu, paling saya bisa purik seperti ini.”
5.Pendedam
Dibuktikan pada hal .178:
“jat, aku bungah kamu menyusul aku kemari. Tetapi aku tidak ingin pulang. Biarlah aku disini. Aku ingin ngiris dari kegerahan hidupku sendiri.”

Analisis Cerpen Laila Karya Putu Wijaya

A.Sinopsis
Cerpen LAILA mengisahkan tentang kehidupan seorang pembantu rumah tangga yang bekerja pada sebuah keluarga yang disebutkan sebagai keluarga “Tokoh Saya”. Dimana dalam keluarga ini mengalami sekelumit masalah rumah tangga yang dikarenakan takut ditinggal pembantunya berhenti bekerja. Laila adalah si pembantu tersebut yang mengalami KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga) secara fisik maupun non fisik oleh suaminya dari masalah materi hingga poligami. Ia seorang istri dan ibu yang patuh kepada suaminya hingga menerima segala perlakuan kasar dari suaminya dan dipaksa menjadi tulang punggung keluarga. Ia wanita jawa yang menerima keadaan dimana seorang istri harus berbakti, menurut kepada suami walaupun harga diri diinjak – injak. Keadaan tersebut membuat keluarga “tokoh Saya” dimana tempat dia bekerja menjadi gemas melihat keadaan si Laila tanpa berani berbuat apa – apa. Hingga suatu hari istri dari “tokoh Saya” memberikan shock terapi kepada Laila hingga akhirnya Laila dapat mengambil suatu keputusan untuk hidup dan dirinya sendiri juga anaknya dari belenggu suaminya.

B.Sistem Nilai dalam Cerita Rekaan
1.Paham-paham penilaian
a.Penilaian Relativisme
Relativisme adalah paham penilaian yang didasarkan pada tempat dan waktu terbitnya karya sastra (penilaian karya sastra tidak sama di semua tempat dan waktu). Paham ini berkeyakinan bahwa nilai karya sastra melekat pada karya itu sendiri. Bila ada karya sastra yang dianggap bernilai oleh masyarakat di suatu tempat dan periode tertentu, karya sastra tersebut terus dianggap bernilai di jaman dan tempat yang lain (dulu dianggap baik, sekarang harus dipandang baik pula). Paham ini merupakan reaksi terhadap penilaian karya sastra yang menganut paham abslutisme.
b.Penilaian Absolutisme
Absolutisme adalah paham penilaian karya sastra yang didasarkan pada paham-paham di luar sastra seperti: politik, moral, atau ukuran-ukuran tertentu. Dengan kata lain, paham ini menilai karya sastra tidak didasarkan pada hakikat sastra. Sastra yang baik menurut paham ini adalah karya sastra yang memiliki tendensi politis, memiliki nilai moral, dsb. Sehingga paham ini cenderung menilai karya sastra secara dogmatis dan statis. Contoh kritik sastra dengan paham ini adalah kritikus penganut paham humanis baru dan marxis. Di Indonesia, kritik model ini berkembang pada tahun 60-an seperti penganut paham bahwa sastra adalah seni bertendensi (seni untuk seni).
c.Penilaian Pervektivisme
Perspektivisme adalah paham penilaian karya sastra dari berbagai perspektif tempat, waktu, dan sudut pandang sehingga karya sastra bisa dinilai dari waktu terbitnya dan pada masa berikutnya. Paham ini berpendapat bahwa karya sastra bersifat abadi dan historis. Abadi karena memelihara ciri-ciri tertentu, historis karena karya sastra itu melampaui suatu proses yang dapat dirunut jejaknya. Dengan kata lain, karya sastra dapat dibandingkan sepanjang masa berkembang, berubah penuh kemungkinan penilaian. Karya sastra itu strukturnya dinamis melalui penafsirnya sepanjang jaman (berubah menurut tanggapan penafsirnya). Wellek-Warren menganjurkan, hendaknya para kritikus memilih aliran ini dalam menilai karya sastra.
2.Ukuran Penilaian
Penilaian terhadap karya sastra (cerkan) itu seharusnya jangan dinilai berdasarkan ukuran-ukuran di luar sastra, seperti filsafat, ilmu sosial, atau bahkan ukuran dengan ilmu politik, dan sebagainya. Akan tetapi hendaklah dinilai dengan metode sastra yang murni, artinya, apa hakikat dari karya sastra itu sendiri. Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan, hendaknya orang kembali kepada pertimbangan karya sastra berdasarkan hakikat metode sastra itu dengan melihat fungsi karya sastra yang dikemukakan oleh Horace, yaitu dulce et utile (menyenangkan dan berguna). Maksudnya, karya sastra itu dapat memberikan kesenangan dan kegunaan yang berupa keindahan dan pengalaman-pengalaman jiwa yang bernilai tinggi baik secara langsung maupun tidak langsung lewat para penafsirnya.

C.Pembahasan Sistem Penilaian dalam Cerpen “Laila” karya Putu Wijaya
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Penilaian Absolutisme dalam cerpen “Laila”
1.Nilai Moral
Dalam cerpen ini nilai moral terkandung dalam dialog tokoh “Saya” dan “Istri Saya”:
Saya bingung.
“kenapa bangsat itu malah mengurus misannya, bukan istrinya?”
“sebab misan Laila itu perempuan!”
“Gila! Istrinya juga perempuan!”
“Tapi perempuan itu lebih muda! Dan Romeo sudah mau menikahi si Neli!”

Disini Romeo (Suami Laila) diceritakan berselingkuh dengan saudara misan Laila yang tinggal satu rumah dengan Laila.
2.Nilai Sosial
Nilai sosila terkandung dalam cerpen ini, yaitu pada saat Laila dibelikan motor baru olaeh majikannya, hal itu membuat iri para pembantu tetangga. Ini bias kita lihat pada kutipan berikut:
Sejak itu Laila masuk kerja mennunggang motor. Mobilitasnya lebih rapih. Dia selalu dating tepat waktu. Anaknya bangga sekali duduk di boncenggannya. Meski para pembantu lain keki, menganggap nasib Laila terlalu bagus, tidak kami pedulikan. Yang penting Laila tetep setia di posnya.



D.Sistem Nilai dalam Masyarakat
Sastra merupakan penggambaran kehidupan yang dituangkan melalui media tulisan. Terdapat hubungan yang erat antara sastra dan kehidupan, karena fungsi sosial sastra adalah bagaimana ia melibatkan dirinya ditengah-tengah kehidupan masyarakat(Semi,1989:56).
Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat dapat terpengaruh. Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, di dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-gambaran yang merupakan sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu kemudian dianggap sebagai kaidah yang dipercaya kebenarannya, sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui karya sastra.

E.Hubungan Nilai dalam Cerita Rekaan dan Nilai dalam Masyarakat
Sastra Sebagai Sumber Nilai Bagi Masyarakat
Terdapat berbagai macam aliran dalam karya sastra, salah satunya adalah aliran realisme. Aliran tersebut memfokuskan karya sastra terhadap apa yang ada di dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat hubungannya dengan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat kita.
Karya sastra yang menggunakan aliran ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial bangsa Indonesia, terutama dalam hal pola pikir. Contohnya saja Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang mampu membuka pola pikir masyarakat kita yang sejak zaman dahulu mengenal budaya kawin paksa. Novel tersebut memberikan kesan kepada pembaca bahwa kawin paksa merupakan suatu hal yang negatif. Banyak hal-hal negatif yang muncul akibat proses kawin paksa. Dengan adanya novel tersebut pola pikir masyarakat cenderung berubah. Terutama dalam segi kehidupan berkeluarga. Hal tersebut bisa terjadi tergantung bagaimana kekuatan mempengaruhi yang ada di dalam karya sastra itu sendiri.
Selain novel di atas, Novel Belenggu juga merupakan salah satu novel yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Melalui novel tersebut, pengarang berusaha menyampaikan pesannya kepada pembaca bahwa di dalam menjalani hubungan kekeluargaan waktu dan perhatian bagi antar anggota keluarga sangat penting. Jika hal demikian tidak bisa terpenuhi, maka perpisahan adalah konsekuensinya. Dengan adanya novel tersebut, pola pikir masyarakat tentu akan terbangun. Masyarakat akan lebih mempertimbangkan nilai-nilai yang ada pada karya tersebut karena karya tersebut mengemukakan alasan dan konsekuensi yang kongkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Boulton (lewat Aminuddin, 2000:37) mengungkapkan bahwa karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya. Di samping itu, sastra juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan dan kontemplasi batin, dari masalah agama, filsafat. Politik maupun macam-macam masalah kehidupan lainnya. Kandungan makna yang kompleks dan keindahan dalam karya asastra tergambar lewat media kebahasan atau aspek verbal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa karya sastra mengandung berbagai unsur yang kompleks, yaitu:
1.Unsur keindahan
2.Unsur kontemplatif
3.Media pemaparan
4.Unsur-unsur intrinsik yang menandai eksistensi karya sastra

Cerita rekaan termasuk dalam cerita fiksi. Cerita rekaan adalah pencerminan masyarakat. Sebab, apa yang diucapkan pengarang sebenarnya adalah pengalaman dan keseluruhan pendapatnya tentang hidup, bukan keseluruhan hidup itu sendiri. (Wellek & Warren 1977 : 91).
Di Indonesia misalnya, AS Darta (seorang tokoh lekra) mengatakan bahwa hasil sastra baru dapat dikatakan bernilai juga sepenuhnya bersifat sosial. Padahal nilai sesuatu (termasuk karya sastra) hanya terletak pada fungsinya atau sifat estetiknya saja.
Karya sastra yang dapat dipandang sebagai bayangan kemasyarakatan, karya sastra yang demikian dapat dikatakan sebagai karya sastra yang mendukung masyarakat, mungkin dapat dihubungkan dengan keadaan ekonomi, politik, keamanan, dan sebagainya.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai sistem nilai dalam cerkan dan hubungan dalam masyarakat dengan sistem sosial budaya. Hubungan karya sastra dengan sosial budaya sangat erat. Sebagai bagian dari budaya, karya sastra mempunyai kaitan dengan segi-segi budaya lainnya, seperti bahasa, agama, bermacam-macam kesenian, sistem yang meliputi sistem nilai dalam masyarakat, tradisi, pola pikir, dan sebagainya.
Hubungan karya sastra dengan sosial budaya lebih jauh dapat kita ketahui dengan mempelajari hubungan nilai dalam karya sastra dengan sistem nilai dalam masyarakat. Nilai dalam karya sastra maksidnya adalah sistem norma yang diberlakukan dalam karya sastra dan sistem nilai dalam masyarakat artinya sistem norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sebagai bagian dari sistem sosial dan budaya, moral dengan karya sastra juga tidak dapat dipisahkan begitu saja. Ada pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra yang baik selelu memberi pean kepaada masyarakat pembaca supaya berbuat baik. Pesan itu dinamakan moral, orang biasa menyebut amanat