Resensi Novel
Judul Novel : Ayat – Ayat Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika – Basmalah
Tahun Terbit : 2009
Tempat Terbit : Jakarta
Halaman : 411 hal.
Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia, Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.
Novel ini bercerita tentang kisah hidup seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu sampai di Al Azhar Mesir. Fahri namanya. Hidupnya penuh dengan ujian. Ia tinggal bersama 4 orang temannya yang juga pelajar Indonesia, dia sedang menunggu tesis nya diterima di Al Azhar untuk mencapai gelar Master nya.
.tepat di atas lantai flat Fahri tinggal sekeluarga beragama Kristian Koptik yang sangat baik dengannya. Maria, anak perempuan keluarga tersebut selalu menyapa Fahri dan kadang menitip barang untuk dibeli pada Fahri, kebetulan Fahri dalam perjalanan ke masjid Abu Bakar. Fahri kagum kepada Maria karna ia mampu mengahfal surat Maryam. Maria pun menyimpan perasaan pada Fahri. Semakin hari Maria terasa sangat dekat dengan Fahri. Disisi lain, seorang rekan kuliah Fahri, yang merupakan anak seorang kyai terkenal, juga diam-diam menaruh hati kepadanya. Gadis ini bernama Nurul. Fahri juga dikagumi oleh Noura, yang merupakan tetangga Fahri namun mengalami nasib yang cukup menyedihkan. Dimana selalu memperoleh perlakukan buruk dari ayahnya.
Satu ketika, Noura ini disiksa oleh ayahnya. Karena tidak tahan, Fahri meminta Maria menyelamatkan Noura dengan meminta Noura tidur di kamar Maria. Pada subuh hari, Fahri, Maria dan Noura ke rumah Nurul dan meminta agar Noura untuk sementara tinggal di rumah Nurul. Ternyata, Noura ini bukan anak kandung dari Bapaknya selama ini, dia adalah anak pungut. Dengan bantuan teman Fahri, Noura dapat dipertemukan dengan orang tua kandungnya. Pada acara syukuran, Noura jatuh hati kepada Fahri dan menyerahkan surat cinta kepada Fahri.
Ketika akan pergi ke Masjid Abu Bakar Ash – Shiddiq. Di metro ia bertemu dengan Aisha, gadis keturunan Jerman yang tengah menuntut ilmu di Mesir. Aisha saat itu sedang dicaci-maki dan diumpat oleh orang – orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan Amerika dan akhirnya ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan syeikh Utsman. Melalui bantuan syeikh Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha. Dan pernikahan Fahri dan Aisha pun berlangsung. Mereka memutuskan untuk berbulan madu di sebuah apartemen cantik selama beberapa bulan.
Baru 2 bulan bulan madu mereka, Aisha mengandung, namun kegembiraan itu tidak bertahan lama, Fahri ditangkap dan didakwa atas tuduhan memperkosa Noura. Dia disiksa di dalam penjara dan Ijazah Sarjana Mudanya ditarik kembali. Fahri terkejut dan sangat terpukul. Sementara itu Maria pula jatuh sakit setelah mengetahui pernikahan Fahri.
Saksi utama adalah Maria, dan tiada saksi lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya dan harapan Aisha itu menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Noura menyesal atas perbuatannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan terungkap bahwa ayah dari bayi yang dikandung Noura adalah Bahadur. Fahri, Aisha dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya sendiri demikian pula Maria menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut nyawa Maria. Namun Maria beruntung karena ia telah menjadi mualaf sebelum ajal menjemputnya.
No comments:
Post a Comment