DESYA TRI MARHAENDA
13010110130054
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sedekah
laut atau yang dikenal dengan sebutan Nyadran
di daerah-daerah pesisir sering dilaksanakan oleh masyarakat setempat,
khususnya yang bermatapencarian sebagai nelayan, sebagai wujud syukur atas apa
yang telah dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa. Misalnya di daerah pesisir Kendal,
terutama pada saat bulan Suro Jumat Kliwon.
Laut
merupakan wadah atau tempat yang digunakan para nelayan untuk mencari nafkah
dan sumber penghidupan. Dalam kehidupannya, berprofesi sebagai nelayan tidaklah
selalu lancar. Kadang nelayan dihadapkan pada dengan berbagai rintangan seperti
badai, angin topan, dan cuaca-cuaca buruk lainnya. Banyak pula nelayan yang
pulang dengan tangan kosong alias tidak membawa hasil sama sekali. Ada pula
nelayan yang meninggal ketika melaut.
Oleh
karena hal tersebut, upacara nyadran
ini merupakan proses interaksi anata masyarakat setempat dengan alam. Tradisi rutin yang digelar secara turun
temurun ini dipercaya warga bisa menghindarkan keluarga mereka dari bencana
laut, seperti banjir rob dan gelombang tinggi, yang setiap tahun mengancam
keselamatan para nelayan, terutama yang bermukim di sepanjang pesisir pantai.
Biasanya
pelaksanaan nyadran berbeda-beda di
beberapa daerah pesisir Kendal. Dan perayaannya pun menggunakan bermacam-macam
cara, diantaranya dengan arak-arakan, pengorbanan, atau dengan berbagai prosesi
upacara adat selama beberapa malam. Tetapi selalu berakhir dengan cara yang
sama, yaitu melarung sesaji ke tengah
laut.
Persembahan
yang akan digunakan dalam prosesi nyadran
biasanya adalah berupa kepala dan kaki kerbau, ambengan atau tumpeng, kembang
tujuh rupa, dan ubarampe atau jajanan
pasar.
Demikian
sebagian rangkuman yang saya tulis berdasarkan pembahasan Prof. Dr. Mudjahirin
Thohir, tanggal 19 November 2012 mengenai upacara nyadran.
No comments:
Post a Comment