Desya Tri
Marhaenda
Sastra Indonesia
13010110130054
KRITIK
SATRA TERHADAP NOVEL “LASKAR PELANGI” KARYA ANDREA HIRATA
Berikut
penilaian baik atau buruk novel berdasarkan pertimbangan teori cerkan.
1. Tokoh
Tokoh
yang ada di dalamnya tampak berlebihan. Pembaca merasa janggal ketika tokoh
Lintang digambarkan dengan kepintarannya yang ‘wah’, sehingga menimbulkan pertanyaan darimana Lintang memperoleh
kepintaran tersebut, sementara ia adalah seorang anak pesisr yang sebelumnya
tidak pernah belajar.
2. Penokohan
Penokohan
dalam kisah ini lemah dan datar. Tidak ada kontradiksi-kontradiksi yang
terjadi yang memicu perubahan tokohnya
3. Alur
Secara
kualitatif kisah ini mempunyai alur yang longgar. Ceritanya bertele-tele,
sehingga pembaca merasa bosan dengan penceritaannya yang terlalu panjang.
Sedangkan kuantitatifnya, kisah ini beralur ganda.
4. Pengaluran
Alur
pada novel ini rumit, tanpa arah.
5. Latar
dan Pelataran
Latar
atau setting waktu kabur. Kisah ini mengambil rentang waktu yang cukup panjang. Penulis kurang
bisa membantu pembaca untuk mengetahui penggal waktu yang tepat untuk tiap
peristiwa.
6. Pusat
pengisahan
Pusat
pengisahan dalam novel ini adalah orang pertama sebagai pelaku utama.
7. Tema
Yang
membuat novel ini menarik adalah karena penulis mengangkat tema tentang masalah
pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Tentang perjuangan anak-anak Laskar
Pelangi dalam menggapai cita-cita. Hal ini dapat memotivasi setiap pembaca agar
tidak mudah menyerah dalam meraih mimpi.
8. Amanat
Novel ini mempunyai banyak amanat. Seperti
pendidikan sangatlah penting untuk siapapun dan apapun seperti Lintang dan
teman-temannya yang rela mengayuh sepeda berkilo-kilo meter hanya untuk
mengejar pendidikan. Amanat lainnya yaitu janganlah membeda-bedakan teman,
seperti Laskar Pelangi yang berisi sepuluh orang anak yang sangat berbeda baik
dalam sifat, kepintaran, dan materi. Menurut saya, novel ini juga ingin
mengajari kita bahwa walau orang itu pintar belum tentu masa depannya akan
cemerlang. Seperti Lintang yang sangat pintar sekali dalam bidang akedemis
ternyata hanya menjadi sopir truk. Sedangkan Syahdan yang tidak mengerti dengan
teknologi berhasil menjadi manager di suatu perusahaan.
Dalam kesederhanaan mereka masih bisa mengukir
sebuah prestasi dan semangat pantang menyerah.
Penilain baik atau buruk novel berdasarkan teori social cerkan.
Dalam novel ini ajaran-ajaran agama Islam yang
disuguhkan terselip dalam beberapa kejadian-kejadian implisit yang tertata dan bagus. Kisah ini
juga dilengkapi dengan nilai-nilai kehidupan yang penuh cinta dan perjuangan.
Bercerita tentang sulitnya kehidupan di pesisir, juga perjuangan untuk
mempertahankan sekolah dari ancaman disegel karena dipandang tidak layak untuk
disebut sekolah. Nilai-nilai moral dan kemanusiaan juga kerap kali kita temui
dalam novel Laskar Pelangi ini.
Terimakasih
ReplyDelete