Monday 4 November 2013

KRITIK SATRA TERHADAP NOVEL “LASKAR PELANGI” KARYA ANDREA HIRATA



Desya Tri Marhaenda
Sastra Indonesia
13010110130054

KRITIK SATRA TERHADAP NOVEL “LASKAR PELANGI” KARYA ANDREA HIRATA
Berikut penilaian baik atau buruk novel berdasarkan pertimbangan teori cerkan.
1.      Tokoh
Tokoh yang ada di dalamnya tampak berlebihan. Pembaca merasa janggal ketika tokoh Lintang digambarkan dengan kepintarannya yang ‘wah’, sehingga menimbulkan pertanyaan darimana Lintang memperoleh kepintaran tersebut, sementara ia adalah seorang anak pesisr yang sebelumnya tidak pernah belajar.
2.      Penokohan
Penokohan dalam kisah ini  lemah dan datar. Tidak ada kontradiksi-kontradiksi yang terjadi yang memicu perubahan tokohnya
3.      Alur
Secara kualitatif kisah ini mempunyai alur yang longgar. Ceritanya bertele-tele, sehingga pembaca merasa bosan dengan penceritaannya yang terlalu panjang. Sedangkan kuantitatifnya, kisah ini beralur ganda.
4.      Pengaluran
Alur pada novel ini rumit, tanpa arah.
5.      Latar dan Pelataran
Latar atau setting waktu kabur. Kisah ini mengambil rentang waktu yang cukup panjang. Penulis kurang bisa membantu pembaca untuk mengetahui penggal waktu yang tepat untuk tiap peristiwa.
6.      Pusat pengisahan
Pusat pengisahan dalam novel ini adalah orang pertama sebagai pelaku utama.
7.      Tema
Yang membuat novel ini menarik adalah karena penulis mengangkat tema tentang masalah pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Tentang perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam menggapai cita-cita. Hal ini dapat memotivasi setiap pembaca agar tidak mudah menyerah dalam meraih mimpi.
8.      Amanat
Novel ini mempunyai banyak amanat. Seperti pendidikan sangatlah penting untuk siapapun dan apapun seperti Lintang dan teman-temannya yang rela mengayuh sepeda berkilo-kilo meter hanya untuk mengejar pendidikan. Amanat lainnya yaitu janganlah membeda-bedakan teman, seperti Laskar Pelangi yang berisi sepuluh orang anak yang sangat berbeda baik dalam sifat, kepintaran, dan materi. Menurut saya, novel ini juga ingin mengajari kita bahwa walau orang itu pintar belum tentu masa depannya akan cemerlang. Seperti Lintang yang sangat pintar sekali dalam bidang akedemis ternyata hanya menjadi sopir truk. Sedangkan Syahdan yang tidak mengerti dengan teknologi berhasil menjadi manager di suatu perusahaan.
Dalam kesederhanaan mereka masih bisa mengukir sebuah prestasi dan semangat pantang menyerah.

Penilain baik atau buruk novel berdasarkan teori social cerkan.
Dalam novel ini ajaran-ajaran agama Islam yang disuguhkan terselip dalam beberapa kejadian-kejadian  implisit yang tertata dan bagus. Kisah ini juga dilengkapi dengan nilai-nilai kehidupan yang penuh cinta dan perjuangan. Bercerita tentang sulitnya kehidupan di pesisir, juga perjuangan untuk mempertahankan sekolah dari ancaman disegel karena dipandang tidak layak untuk disebut sekolah. Nilai-nilai moral dan kemanusiaan juga kerap kali kita temui dalam novel Laskar Pelangi ini.

No comments:

Post a Comment